Percaya kepada takdir Allah dalam urusan berangkat haji adalah kunci ketenangan hati di tengah ketidakpastian. Dengan ikhtiar maksimal dan tawakal, calon jamaah diajak untuk bersabar dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT. Proses menunggu keberangkatan juga merupakan bagian penting dari perjalanan spiritual menuju haji yang penuh makna.
Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang sangat mulia dan menjadi impian setiap muslim yang mampu secara fisik, finansial, dan mental. Namun, dalam perjalanan menuju momen suci tersebut, tidak sedikit calon jamaah yang mengalami kegelisahan dan ketidakpastian terkait kepastian keberangkatan mereka. Di tengah segala usaha dan persiapan, ada satu hal yang mutlak harus diyakini: kepercayaan penuh kepada takdir Allah SWT.
1. Takdir Allah sebagai Ketetapan Terbaik
Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini sudah tertulis dan ditetapkan oleh Allah SWT. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:
“Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri, kecuali telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya…” (QS. Al-Hadid: 22).
Artinya, segala proses dan hasil dari ibadah haji, termasuk waktu keberangkatan, adalah bagian dari takdir Ilahi yang penuh hikmah dan kebijaksanaan. Ketika keberangkatan haji tertunda atau harus menunggu lebih lama, ini bukanlah tanda kegagalan, melainkan bagian dari rencana Allah yang terbaik bagi hamba-Nya.
2. Menguatkan Hati dengan Keyakinan Takdir
Rasa gelisah dan cemas yang muncul dalam menanti kepastian haji dapat diredam dengan memperkuat keyakinan pada takdir Allah. Kepercayaan ini menumbuhkan kesabaran dan ketenangan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin, semua itu baik baginya, dan itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali orang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim).
Dengan kesabaran dalam menghadapi ketidakpastian, calon jamaah dapat menjaga ikhtiar tanpa terbebani oleh kegelisahan yang berlebihan.
3. Ikhtiar dan Tawakal: Pilar Penting dalam Menjemput Takdir
Islam mengajarkan keseimbangan antara usaha dan penyerahan diri. Calon jamaah haji harus berikhtiar secara maksimal—mulai dari mendaftar, melengkapi persyaratan administrasi, menjaga kesehatan, hingga mempersiapkan mental. Namun, setelah usaha terbaik dilakukan, harus ada tawakal, yakni menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Menurut Al-Ghazali (2010), tawakal merupakan bentuk kepercayaan total kepada Allah setelah melakukan usaha, menunjukkan kepasrahan yang mendalam tanpa meninggalkan tanggung jawab manusia untuk berusaha.
4. Haji sebagai Perjalanan Spiritual, Bukan Sekadar Fisik
Penundaan keberangkatan haji sering kali menjadi ujian kesabaran dan keikhlasan. Proses menunggu ini sejatinya adalah bagian dari perjalanan spiritual untuk membersihkan jiwa dan menyiapkan hati agar dapat menjalankan ibadah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, haji adalah “unjuk rasa ketundukan seorang hamba kepada Allah” (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Peran Doa dan Harapan dalam Kerangka Takdir
Doa merupakan sarana utama bagi muslim untuk memohon kemudahan dan kelancaran dalam setiap urusan, termasuk keberangkatan haji. Namun, doa juga harus dilandasi dengan kesadaran bahwa Allah-lah yang menentukan segalanya. Sebagai manusia, kita berdoa, berusaha, dan berserah diri pada keputusan-Nya dengan hati yang ikhlas dan lapang dada.
Penutup
Percaya kepada takdir Allah dalam urusan berangkat haji adalah landasan utama agar calon jamaah dapat menjalani proses ini dengan hati yang tenang dan penuh keikhlasan. Kepercayaan ini bukan berarti pasif, tetapi mengandung makna usaha maksimal diiringi dengan penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT. Semoga dengan memperkuat keyakinan ini, setiap langkah menuju haji menjadi lebih ringan dan penuh berkah.
Referensi
Al-Ghazali. (2010). Ihya’ Ulum al-Din (The Revival of Religious Sciences). Dar al-Minhaj.
Departemen Agama Republik Indonesia. (2020). Panduan Haji dan Umrah. Kementerian Agama RI.
Qur’an, Surah Al-Hadid, 57:22.
Hadis Riwayat Muslim dan Bukhari.
Profil KBIHU Ar-Rohmah Bandung KBIHU Ar-Rohmah
Visi dan Misi KBIHU Ar-Rohmah KBIHU Ar-Rohmah
Kegiatan Manasik Haji Di KBIHU Ar-Rohmah: Menyambut Haji dengan Persiapan Matang KBIHU Ar-Rohmah
Sabar Terhadap Ketentuan Allah SWT dalan Beribadah Haji KBIHU Ar-Rohmah
Dari Tanah Suci ke Hati yang Suci: Rahasia Haji Mabrur KBIHU Ar-Rohmah
Kekuatan Doa dan Kesempatan Menunaikan Ibadah Haji: Sebuah Renungan Spiritual KBIHU Ar-Rohmah
Pengantar 1 KBIHU Ar-Rohmah
Keindahan Ibadah Haji: Meresapi Pengorbanan, Menjalin Persaudaraan, dan Mendekatkan Diri kepada Allah SWT. KBIHU Ar-Rohmah
Dokumentasi Kegiatan Manasik KBIHU Ar-Rohmah KBIHU Ar-Rohmah
Keunggulan KBIHU Ar-Rohmah KBIHU Ar-Rohmah
Kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman Anda di situs ini. Dengan melanjutkan penggunaan situs ini, Anda menyetujui penggunaan cookie kami.
Terima & LanjutkanPerlu informasi lebih lanjut? Kebijakan Privasi – atau – Kebijakan Cookie dan GDPR